Pengertian dan Tujuan Problem Based Learning (PBL) Menurut Para Ahli
Proses Belajar mengajar pada kurikulum 2013 menekankan untuk lebih berpusat pada siswa, artinya siswa dituntut aktif sehingga dapat tercapainya tujuan belajar yang telah dirumuskan. Sasaran pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu: ranah Sikap, Ranah Pengetahuan, dan ranah keterampilan.
Menurut Permendikbud No 22 tahun 2016, ketiga ranah kompetensi memiliki lintasan perolehan proses psikologis yang berbeda. Ranah sikap diperoleh melalui aktivitas (menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan), Ranah pengetahuan diperoleh melalui aktivitas (Mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta), dan ranah keterampilan diperoleh melalui aktivitas (Mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta).
Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut perlu dipakai pendekatan scientific, ada tiga model pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru seperti Project based learning, Problem based learning, dan discovery learning.
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas pengertian dari Problem Based Learning menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Para Ahli
Duch 1995 Mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
Menurut Kamdi 2007 “Problem Based Learning (PBL) merupakan model kurikulum yang berhubugan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus autentik yang berhubungan dengan kontek sosial siswa, kedua masalah harus berakar pada materi subjek dari kurikulum”.
Nurhadi 2004 Berpendapat bahwa “Problem based learning adalah kegiatan interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang siswa untuk belajar. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Inkle dan Torp 1995 menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
H.S. Barrows 1982 Mengemukakan bahwa definisi Problem Based Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru.
Menurut Suradijono, 2004
Problem Based Learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning
Rohman 2011 mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan dari pembelajaran problem based learning, yaitu:
- Untuk mendorong kerjasama penyelesaian tugas antar siswa.
- Memiliki elemen-elemen belajar mengajar sehingga mendorong tingkah laku pengamatan siswa dan dialog dengan lainnya.
- Melibatkan siswa dan menyelidiki pilihan sendiri yang memungkinkan mereka memahami dan menjelaskan fenomena dunia nyata.
- Melibatkan ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang sehingga hasilnya bisa lebih lama diingat oleh siswa.
- Dapat membangun optimisme siswa bahwa masalah adalah sesuatu yang menarik untuk dipecahkan bukan suatu yang harus dihindari.