Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah dan Teknik Dasar Permainan Bola Voli

Sejarah Dan Teknik dasar permainan bola voli
Permainan Bola Voli merupakan salah satu olahraga yang diminati oleh banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri sudah terbentuk organisasi Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia yang bertanggung jawab memantau perkembangan olahraga ini di dalam negeri.

Permainan yang satu ini bisa di mainkan oleh siapa saja, secara umum untuk bisa bermain bola voli memerlukan 2 regu masing-masing 6 orang, dan juga lapangan voli, bola beserta net-nya.


Sejarah Perkembangan Permainan Bola Voli

Permainan bola voli pertama kali diciptakan oleh william G. Morgan pada tahun 1885, dia salah seorang pembina pendidikan jasmani pada Young Men Cristian Association (YMCA) di kota Helyoke, Amerika Serikat. 

Permainan ini mula-mula hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rekreasi di lapangan tertutup (indoor), yang dapat dimainkan bersama-sama oleh sejumlah orang yang cukup besar.

Selain dari pada itu, William G. Morgan juga terpengaruh oleh kemajuan dan popularitas yang didapatkan dari permainan bola basket. 

Yang maksudnya dapat memberikan kegembiraan kepada orang banyak. Untuk itu ia memilih cara memukul-mukul bola diudara hilir mudik melewati atas jaring yang dibentangkan menegak dan membagi lapangan menjadi dua bagian yang sama luasnya. 

Hal ini sesuai dengan pendapat Husni (1990:98) yaitu : “William G. Morgan menciptakan permainan di udara dengan cara pukul memukul, melewati jaring yang dibentangkan dengan lapangan yang sama luasnya. Bola yang pertama sekali dipergunakan adalah bola basket sedangkan net yang dipergunakan dari olahraga tenis”.

Permainan bola voli makin berkembang di Amerika Serikat, pada tahun 1892 YMCA pertama kali menyelenggarakan pertandingan nasional dengan gemilang, sejak itu di Amerika Serikat setiap tahun diadakan pertandingan nasional bola voli sampai dengan tahun 1947. 

Presiden pertama organisasi bola voli di Amerika Serikat adalah Dr. George J. Fisher dari New York, yang dibentuk pada tahun 1929. 

Bola voli berkembang diluar Amerika Serikat setelah meletus perang dunia Ke II, karena angkatan perang Amerika Serikat memainkan permainan bola voli di tempat-tempat mereka bertugas. 

Masyarakat setempat memperhatikan permainan tersebut, kemudian mencoba mengikuti permainan bola voli dan lama kelamaan bola voli tersebar ke seluruh dunia. 

Bola voli terutama berkembang di luar amerika serikat adalah benua eropa, Uni Soviet, Cekoslowakia, Rumania dan benua Asia seperti Jepang, Cina, korea Utara dan Kamboja.

Bola voli masuk ke Indonesia pada tahun 1927, yang di bawa oleh serdadu-serdadu Belanda, serta guru-guru yang di datangkan dari Belanda, sewaktu mereka bertugas di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, bekas angkatan perang Belanda yang bergabung dengan TNI, ikut mempopulerkan bola voli.

Pada PON III tahun 1953 di Medan, bola voli mulai dipertandingkan. Pada tahun 1954, di Surabaya dan Jakarta mulai terbentuk organisasi bola voli nasional atas jas Dr. Azis saleh, yang pada waktu itu menjabat komisaris teknik Komite Olahraga Indonesia (KOI).

Setelah diadakan pertemuan IBVOS (Surabaya) dan PERVID (Jakarta) bersepakat untuk membentuk organisasi bola voli nasional, dan pada tanggal 22 Januari 1955 lahirlah organisasi Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia yang disingkat dengan PBVSI dengan ketua W.J. Latumenten.


Teknik Dasar Permainan Bola Voli

Menurut Beutelsthal (1984:9) menjelaskan definisi teknik adalah : "Prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek dan bertujuan untuk mencari penyelesaian suatu problema pergerakan dengan cara yang paling ekonomis dan berguna".

Dalam olahraga bola voli membutuhkan disiplin, teknik ini mempunyai bentuk idealnya sendiri dengan bentuk norma gerakan yang karakteristik. Tetapi bentuk ideal ini dapat kita modifikasi sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing gerakan yang diperlukan.

Ada enam macam cara bersentuhan dengan bola voli sehingga timbul enam jenis teknik dasar, Beutelsthal (1984:9) mengatakan : teknik dasar tersebut adalah servis, the dig, volley atau set, smash atau spike, block, dan defence. Selanjutnya penulis akan menjelaskan keenam jenis teknik dasar tersebut dengan pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Service

Servis adalah sentuhan pertama dengan bola, Kosasih (1985:109) mengatakan: "Service adalah pukulan pertama". Mula-mula servis ini hanya dianggap sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk memulai permainan. 

tetapi servis ini kemudian berkembang menjadi suatu senjata yang ampuh untuk menyerang. Jadi teknik dasar ini tidak boleh diabaikan harus dilatih dengan sebaik mungkin. Servis ini dapat dibagi 3 yaitu : Under Arm service, hook service, dan floating service.

a. Underarm Service (Servis Lengan Bawah)

Menurut Amung Ma’mun & Toto Subroto, (2001:65) servis bawah  dilakukan  dengan awalan bola berada di tangan yang tidak memukul bola. tangan yang memukul bola bersiap dari belakang badan untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari bawah. 

Pemain tangan kanan memegang bola dengan tangan kiri, lengan dijulurkan ke depan. Server berdiri menghadap net, kaki kiri di depan kaki kanan, berat badan ditempatkan pada kaki sebelah belakang. 

Lengan digerakkan ke belakang dan ke atas, diayunkan ke bawah dari belakang ke depan dan memukul bola yang telah dilemparkan rendah-rendah. 

Sementara itu berat badan dipindahkan ke kaki sebelah depan. Bola dipukul dengan telapak tangan terbuka, pergelangan tangan sekaku mungkin dan lengan terus mengikuti arah bola.

b. Service Hook (Servis Kait)

Pemain bola voli harus pandai mengkombinasikan unsur kekuatan dengan gerakan mengkait. Kekuatan dan lancarnya pergerakan kaki inilah ciri-ciri dari jenis servis hook. 

Bola diberi spin yang kuat sekali. Servis ini merupakan salah satu servis penyerang yang paling hebat dan mematikan. 

Para pemain top kaliber dunia, pada umumnya mempergunakan servis hook ini. Gerakan-gerakan sangat kompleks. Pelaksanaan dari servis hook ini sebagai berikut:

Pemain berdiri menghadap ke sisi, kedua kaki terbuka sedikit, kedua lengan terjulur memegang bola. Bola dilemparkan di depan wajah server, dengan kedua tangan. 

Berat badan dipindahkan ke kaki sebelah belakang, lengan pemukul diayunkan ke belakang dan ke bawah dengan gerakan melingkar. Kaki yang paling jauh dari net diluruskan. 

Lengan diputar dengan gerakan melingkar, dan bola dipukul dengan telapak tangan pada saat bola itu berada di depan wajah si pemain. Lengan harus tetap lurus dan seluruh tubuh ikut bergerak. 

Bola dipukul dan diarahkan dengan gerakan pergelangan tangan. Berat badan dipindahkan ke kaki depan. Lengan itu terus digerakkan sampai melampaui paha satunya.


c. Floating Service (Servis Layang)

Floating service dimaksudkan jenis servis yang tidak mengandung spin. Bola seakan-akan melayang, tanpa berputar sama sekali. Servis ini cukup efektif, karena arah lajunya bola tidak menentu. 

Bola itu bervariasi dan melayang, kadang-kadang berubah arah, vertikal atau horizontal. Pada horizontal bola itu melayang menyimpang dari arah sebenarnya, lebih ke kanan atau lebih ke kiri. 

Penyimpangan ini disebabkan oleh pergerakan udara di sekelilig bola itu, sehingga mempersulit penerima servis tersebut.

Adapun pelaksanaan dari servis layang ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bola dipegang setinggi kepala, lengan hampir lurus lengan pemukul dengan posisi lurus atau ditekuk sedikit ditarik ke belakang sebelum melempar bola. 

Bola dilempar rendah-rendah saja, bagian atas tubuh tidak bergerak, pergelangan tangan harus tetap kaku, bagian tengah dipukul dengan bagian bawah telapak tangan atau dengan tangan digenggam. 

Bola dipukul di sebelah depan tubuh pemain. Begitu tersentuh bola akan memantul ke atas. Pemain tidak bergerak lagi setelah tangan menyentuh bola.


2. Passing The Dig (Operan Bola)

Istilah the dig ini dimaksudkan penerimaan bola dengan gaya menggali. Servis telah berkembang dengan pesat sekali, dipergunakan untuk menyerang dan memegang inisiatif pertandingan.

 Karena itu penerimaan servis harus dapat mengimbangi servis tersebut, sedemikian sehingga penerimaan servis inilah yang akan menentukan jalannya pertandingan. Kalau penerimaan itu salah maka kemungkinan besar angka berikutnya akan diraih oleh lawan. 

Untuk selanjutnya dipergunakan istilah "dig" untuk penerimaan bola seperti penulis jelaskan di bawah ini. Dig seperti ini merupakan satu-satunya menerima servis yang sulit karena dengan cara ini kita masih berkesempatan mengarahkan bola semau kita.

Adapun teknik pelaksanaan dari passing the dig ini menurut Beutelsthal (1984:16) sebagai berikut: “Pemain bersiap-siap dengan sikap dasar, kaki yang satu di depan kaki yang lain. 

Kedua kaki kira-kira selebar dua paha. Kedua lutut ditekuk sedikit, sehingga tubuh bagian atas membungkuk sedikit ke depan. Kedua lengan ditekuk sedikit di depan tubuh. 

Pemain cepat-cepat bergerak menuju tempat jauhnya bola, tetapi sudah harus siap berdiri pada waktu menerima bola tersebut. Posisi lengan tidak boleh salah. Kedua tangan dijulurkan lurus ke depan, satu tangan ditempatkan di atas tangan yang lain dengan kedua telapak tangan menghadap ke atas. 

Kedua tangan harus di tekan ke bawah menghimpit pergelangan tangan sedemikian rupa sehingga kedua lengan bagian bawah menjadi kaku dan tegang, kedua lengan bagian bawah harus paralel, dengan sisi sebelah dalam menghadap ke atas sehingga membentuk suatu bidang penerimaan bola yang cukup luas. 

Tubuh harus siap di belakang bola sedemikian rupa sehingga menghadap arah lajunya bola nanti. Dengan meluruskan kedua kaki, pemain menerima bola di bagian dalam kedua lengan sebelah bawah, kemudian mengembalikannya sesuai dengan arah yang dituju.

Kedua bahu bergerak ke depan supaya pemain tak terpengaruh oleh pantulan bola, yang dapat menyebabkan tubuh kita tak seimbang lagi. Gerakan ini diteruskan dengan follow through, kemudian segera mengambil posisi berikutnya, mempersiapkan diri menerima pukulan lawan”.


3. Volley atau Set

Passing (operan) "volley atau set" dimasukkan pukulan melambungkan bola sedemikian rupa, sehingga pemain yang lain mendapat kesempatan untuk menyemesh bola tersebut. 

Tujuan dari pemain memainkan volley adalah memberi kesempatan kepada teman untuk menyerang musuh. Sukses tidaknya penyerangan itu tergantung dari kecermatan si pemain volley kalau volleynya kurang baik maka penyeranganpun lemah bahkan kadang kala gagal sama sekali.

Suatu regu biasanya memiliki ahli volley tersendiri. Mereka ini harus sanggup memberikan bola volley pada si penyerang dan setiap posisi dan tempat di lapangan yang digunakan. Volleyer seperti ini harus memiliki kecermatan dan kegesitan yang tangguh.

Teknik pelaksanaan volley atau set adalah sebagai berikut: Pemain mempersiapkan diri dengan sikap dasar, kedua lutut ditekuk sedikit dengan jarak antara kedua kaki kira-kira selebar kedua paha, satu kaki di depan kaki yang lain. Berat badan dibagi rata, bertumpu pada kedua kaki. 

Kedua lengan ditekuk sedikit di depan tubuh. Kedua tangan ditekuk pada pergelangannya, kira-kira setinggi mata. Jari-jari juga ditekuk sedikit pada ruar-ruas sebelah atas, dibeberkan selebar mungkin dengan ibu jari ditekuk ke belakang. 

Bola disentuh dengan posisi sikap dasar, sentuhan terjadi antara bola dengan ujung-ujung jari saja, pada saat jari menyentuh bola, baik jari-jari maupun tangan yang kita tegangkan itu digerakkan mengikuti gerak bola. Pada waktu volley ini sampai pada tahap terakhir seluruh tubuh dalam keadaan lurus (ke depan dan ke atas). 


4. Smash atau Spike

Permainan bola voli memiliki seni tersendiri, sama seperti sepakbola atau handball mendambakan goal-goal yang spektakuler, demikian juga para pecandu bola voli mendambakan smash-smash yang gemilang. 

Pemain bola voli dalam menenangkan pertandingan diharuskan menguasai smash. Smash merupakan suatu keahlian yang esensial, cara yang mudah untuk memenangkan angka. 

Seorang pemain yang pandai smash, atau dengan istilah sendiri sering disebut "smasher" harus memiliki kegesitan, pandai melompat dan mempunyai kemampuan memukul bola sekeras mungkin. Pemain yang memiliki keahlian ini dapat digolongkan pemain penyerang baik.

Pelaksanaan smash atau spike dapat dijelaskan sebagai berikut: tahap pertama: run up atau lari menghampiri. Ini tergantung dari jenis bola dan jatuhnya. 

Bola kita mulai lari menghampiri kira-kira pada jarak 2,5 sampai dengan 4 meter dari jatuhnya bola. Kedua langkah terakhirlah yang paling menentukan, pada waktu kita take off harus memperhatikan baik-baik kedudukan kaki. 

Kaki yang akan take off harus berada di tanah terlebih dahulu, dan kaki yang lain menyusul disebelahnya. Karena itu kadang kala harus merubah lebih dahulu langkah sebelum melakukan dua langkah terakhir itu. 

Arah yang diambil harus diatur sedemikian rupa, sehingga pemain akan berada di belakang bola pada saat akan take off.

Tahap kedua: take off: pergerakan harus berlangsung dengan lancar dan kontinue, tanpa terputus-putus. Pada waktu take off, kedua tangan yang menjulur harus digerakkan ke atas, bersamaan dengan itu tubuh diluruskan. 

Kaki yang dipakai untuk melompat inilah yang memberi kekuatan pada take off tersebut. Lengan yang dipakai untuk memukul, juga sisi tubuh bagian tersebut diputar sedikit sehingga menjauhi bola. 

Punggung agak membungkuk dan lengan pemukul ditekuk sedikit. Lengan yang lain tetap dipertahankan setinggi kepala. Tahap ketiga: Hit atau memukul, yaitu sesuai dengan arah pukulan yang diinginkan. 


5. Block (Pertahanan)

Menang atau kalahnya pada pertandingan bola voli sesungguhnya tergantung pada baik tidaknya basic skillnya pemain itu sendiri. Sesungguhnya pertahanan juga sangat tergantung pada posisi block dan memperhatikan kemampuan lawan dengan tekun dan teliti.

Untuk membentuk block yang baik, pemain harus dapat menaksir jatuhnya bola atau meramalkan kemana kira-kira lawan memukul bola. 

Pemain dengan tipe block dua orang atau block tiga orang harus selalu menghadap net, mereka harus membentuk block dengan melangkah kesisi, masing-masing bersedia melakukan take off pada saat yang bersamaan. 

Setiap pemain yang bergerak maju untuk membentuk block harus berhenti dahulu sebelum ia take off. Kalau pemain yang membentuk block masih terlalu jauh dari pemimpin block waktu take off sudah dimulai maka sebaiknya ia melakukan take off dari tempat berdiri dengan kedua lengan dijulurkan ke arah pemimpin block sewaktu ia sedang melompat. Lebih lanjut Buetelsthal (1984:30) menjelaskan bahwa:

Tahap pertama: pemain melangkah ke sisi untuk mengambil take off dengan baik. Bagian tubuh sebelah atas menghadap net. Kedua lengan ditekuk sedikit dan diletakkan di depan tubuh. Telapak kedua tangan menghadap net. 

Tahap kedua: pemain mengambil posisi berdiri, kedua kaki ditekuk sedikit kira-kira setengah meter dari net, dari posisi ini ia melakukan take off. Kedua lengan tetap pada posisi semula, ditekuk sedikit dan berada di depan tubuh pemain. 

Jari-jari dibeberkan lebar-lebar, take off dilakukan dengan meluruskan kedua kaki dan mengayunkan kedua lengan ke atas pada saat yang bersamaan. Tahap ketiga: pada waktu terjadi kontak dengan bola semua jari-jari tangan ini harus kaku dan tegang. 

Kedua tangan diletakkan sedekat mungkin, sehingga bola tak dapat menyelinap diantara kedua tangan tersebut. Tahap keempat: sesudah selesai mengadakan kontak dengan bola maka pemain secepatnya mendarat lagi. Lengan digerakkan ke atas dan ke belakang secepat mungkin sehingga pemain tidak menyentuh net.


6. Defence

Seorang pemain dapat digolongkan dalam pemain defensif yang baik, kalau pemain ini terjun dalam permainan dengan penuh keberanian dan ketabahan, dan mengembangkan kemampuan untuk menahan, mangimbangi smash-smash pihak lawan. 

Banyak sekali pelatih mempunyai pendapat yang salah, bagi mereka penyerangan menduduki tempat yang jauh lebih penting daripada pertahanan. Tetapi sesungguhnya pendapat itu keliru, regu yang dapat mempertahankan diri dengan baik seringkali dapat mengalahkan regu yang dapat menyerang dengan baik. 

Pertahanan sesungguhnya mencakup di dalamnya menerima smash lawan yang biasanya dilakukan di bagian belakang lapangan dan melindungi atau mempertahankan block dan penyerangan regu sendiri.