Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbedaan Stres dan Depresi, serta Cara Mengatasinya

Perbedaan stres dan Depresi Serta cara mengatasinya
Stres kerap dialami oleh hampir semua orang. Namun, banyak orang juga merasa mereka mengalami depresi. Stres dan depresi Memang tidaklah sama. Namun, terkadang banyak orang menganggapnya sebagai hal yang sama.

Hampir semua orang pernah mengalami stres, misalnya saat menghadapi macet, wawancara kerja, masalah keluarga, atau perihal karir dan keuangan.

Memang benar, stres terlalu lama dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan, tapi stres juga bisa menghadirkan manfaat baik. 

Sebagai contoh, ketika sedang deadline, stres memicu tubuh untuk memperbaiki kinerja. Dalam artinya, seseorang dapat menemukan potensi lebih dalam lagi karena stres tersebut.

Namun, stres biasanya akan hilang setelah situasi yang buruk tersebut terlewati atau saat orang tersebut melakukan hobinya. Pada orang yang rentan, kondisi stres dapat menyebabkan depresi berat. 

baca juga: 9 penyebab siklus haid tidak teratur


Perbedaan Stres dan Depresi

Stres dan depresi kerap kali dipakai oleh orang awam sebagai istilah yang dapat dipertukarkan. Padahal, stres dan depresi hal ini memiliki perbedaan mendasar. 

Cara kerja stres dan depresi tidaklah sama, maka penanggulangannya pun akan berbeda pula. Jika tidak ditangani dengan benar, depresi bisa membahayakan kesehatan jiwa, jasmani, hingga nyawa. 

Oleh karena itu, penting untuk mengenali perbedaan stres dan depresi agar bisa merawat diri dengan tepat sebelum terlambat.

Stres bukan merupakan kondisi mental. Stres dapat menjadi salah satu cara manusia bertahan hidup. Biasanya, stres dapat dipicu oleh suatu hal dan akan hilang setelah peristiwa hidup berubah. 

Akan tetapi, bila stres terjadi dalam jangka waktu lama dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, seseorang bisa jatuh ke dalam keadaan depresi. 

Berikut adalah gejala-gejala stres yang harus Anda tahu: 

  • Sulit konsentrasi 
  • Sulit tidur
  • Gangguan memori 
  • Perubahan kebiasaan makan 
  • Mudah marah atau mudah tersinggung
  • Sulit bekerja 
  • Sering merasa sakit kepala 

Sementara itu, depresi menurut American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-V) adalah gangguan mood yang terjadi selama dua minggu berturut-turut. 

Depresi membutuhkan diagnosis medis mendalam. Meskipun stres dihubungkan dengan suatu kejadian tertentu, namun depresi dapat terjadi tanpa pemicu. 

Gejala depresi antara lain: 

  • Merasa sedih dan putus asa 
  • Menarik diri 
  • Hilang minat 
  • Kurang energi
  • Merasa gelisah 
  • Mudah tersinggung 
  • Merasa rendah diri 
  • Pikiran untuk bunuh diri 

baca juga: Kenali 5 Tanda Terjebak dalam Hubungan Sepihak


Cara Mengatasi Stres dan Depresi

Setelah mempelajari cara mengatasi terhadap stres, maka kita juga bisa mengatasi terjadinya depresi. Berikut beberapa cara mencegah dan mengatur tingkat stres: 

  • Cukup tidur
  • Makan makanan sehat 
  • Olahraga secara teratur
  • Melakukan hobi 
  • Meditasi 
  • Bercerita kepada teman 

Apabila Anda merasa tidak dapat menangani kondisi mental sendiri, jangan tunggu terlalu lama. Segeralah berkonsultasi kepada psikiater atau psikolog. 

Anda juga bisa meminta dukungan kepada teman atau keluarga guna membantu mengendalikan stres. Padahal, berbicara mengenai masalah kesehatan mental kepada ahlinya bukanlah hal yang memalukan, malah sangat disarankan. 

Sedangkan depresi, umumnya membutuhkan perawatan yang lebih kompleks. Diagnosis depresi ditegakkan oleh tenaga ahli kemudian akan dilakukan perawatan secara bertahap, baik berupa obat-obatan atau terapi. 

Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Berkonsultasi dengan psikiater masih enggan dilakukan karena dianggap identik dengan gangguan jiwa serius. 


Sumber: klikdokter.com